1001 cerita cinta

 

 

 

Links Home
  • Posts
  • About Me
  • Archive
  • Advertise
  • Comments
  • New Tab

Highlights

TEMPAYAN RETAK

 

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan itu hanya dapat membawa air setengah penuh. selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari, si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya.

Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sunggh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."

"Kenapa?" tanya si tukang air, "Kenapa kamu merasa malu?"

"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi." Kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata,

"Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan dan itu membuatnya sedikit terhibur.

Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."

Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias-Nya. Di mata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.

Posted by xc on Tuesday, July 3, 2007 at 2:44 AM | Comments

 

KECENDERUNGAN KITA UNTUK DIPAHAMI LEBIH DULU

 

Banyak kita temui kegagalan suatu sesama hubungan manusia. Tahukah kita penyebabnya ?
Sederhana saja penyebanya tak lain dan tak bukan adalah kesaling tidakpahaman hadir
di tengah mereka. Mengapa demikian ? Ketika kita memasuki suatu berhubungan dengan
orang lain entah sahabat, orang tua, bawahan, rekan kerja, kekasih, bahkan anak istri sekalipun,
kita cenderung meminta lebih banyak pengertian dan pemahaman orang lain ketimbang kita
memberi pengertian lebih dulu untuk orang lain. Tak heran banyak terjadi permusuhan,
perceraian, perselisihan akibat satu sama lain merasa harus didahulukan untuk dipahami.
Cobalah cermati seringnya kita menyela pembicaraan orang lain, mendominasi perbincangan,
merespon ucapan orang lain dengan cepat tanpa mengetahui keseluruhan isi pembicaraan
adalah bentuk refleksi dari ketidakmampuan kita untuk memahami orang lain lebih dulu. Seperti
guru saya Pak Covey berujar "seek first to understand then to be understood", memang
haruslah demikian. Bagaimana mungkin suatu hubungan antar manusia dibangun dengan pondasi
yang kokoh bila satu diantaranya tak memiliki rasa pemahaman yang baik terhadap orang lain.

Ketidak mampuan kita untuk memahami orang lain lebih dulu sering terabaikan hanya karena kita
cenderung memposisikan diri sebagai orang yang harus selalu dimengerti terutama di saat persoalan
datang bertubi-tubi. Tanpa sadar rasa keakuan begitu mendominasi diri kita. Pernahkah kita terpikir
ketika kita menempatkan topi kita di atas kepala orang lain, mungkin situasi menjadi sangat berbeda.
Dengan empati dan simpati yang kita miliki rasanya tidak mungkin tidak tercipta suatu kondisi
harmonis karena kita mendudukan setiap kondisi orang lain setara dengan bangku yang kita tempati.
Mengapa kita tak memulai menanamkan pikiran untuk berusaha selalu mengerti orang lain lebih
dulu ketimbang kita minta dipahami lebih dulu. Dengan demikian hasil hubungan sesama yang
harmonis atau buruk kitalah yang menentukan.

Kadang-kadang anda dapat mengatasi sebuah situasi sulit hanya dengan bersedia memahami
orang lain. Sering yang paling dibutuhkan oleh seseorang adalah mengetahui bahwa ada orang
lain peduli tentang bagaimana perasaannyadan berusaha memahami posisi mereka.

Terinspirasi dengan satu kata "kesaling pengertian" yang terucap dari seorang istri tercinta di pagi hari
di tengah perjalanan.(Batavia, 30 September 2005 06.15)

Salam,
Mohamad Yunus

Posted by xc on at 2:43 AM | Comments

 

Garam dan Telaga

 

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi,datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah.
Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak
seperti orang yang tak bahagia. Tanpa Membuang waktu, orang itu menceritakan semua
masalahnya.
Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu
mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas
air.
Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba,
minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak tua itu. "Pahit.
Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk
berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua
orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang
tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga
itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta
riak air, mengusik ketenangan telaga itu. "Coba, ambil air dari telaga
ini, dan minumlah". Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua
berkata lagi,
Bagaimana rasanya?". "Segar.", sahut tamunya. "Apakah kamu merasakan
garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi. "Tidak", jawab si anak
muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu
mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak
muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam,
tak lebih
dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan
tetap sama".

"Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah
yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat
kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung ! pada hati kita.
Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya
ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima
semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu".

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung
segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah
laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya
menjadi kesegaran dan kebahagiaan".
__________________

Teman sejati merupakan karunia terbesar dan yang paling sedikit kita
pikirkan untuk meperolehnya.Jika Anda punya seorang teman sejati itu
berarti Anda sangat kaya.

Posted by xc on at 2:42 AM | Comments

 

Batu Besar

 

Oleh: Tidak Diketahui

Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri depan kelas dan berkata, "Okay, sekarang waktunya untuk quiz." Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar sekepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember.

Ia bertanya pada kelas, "Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?"

Semua mahasiswa serentak berkata, "Ya!"

Dosen bertanya kembali, "Sungguhkah demikian?"

Kemudian, dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu. Kemudian, sekali lagi ia bertanya pada kelas, "Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?"

Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, "Mungkin tidak."

"Bagus sekali," sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil.

Sekali lagi, ia bertanya pada kelas,"Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?"

"Belum!" sahut seluruh kelas. Sekali lagi ia berkata, "Bagus. Bagus sekali."

Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember. Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, "Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?"

Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, "Maksudnya adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya."

"Oh, bukan," sahut dosen, "Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi mengajarkan pada kita bahwa:

Bila anda tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya."

Apa yang dimaksud dengan "batu besar" dalam hidup anda?

· Anak-anak anda

· Pasangan anda

· Pendidikan anda

· Hal-hal yang penting dalam hidup anda

· Mengajarkan sesuatu pada orang lain

· Melakukan pekerjaan yang kau cintai

· Waktu untuk diri sendiri

· Kesehatan anda

· Teman anda

Ingatlah untuk selalu memasukkan "Batu Besar" pertama kali atau anda akan kehilangan semuanya. Bila anda mengisinya dengan hal-hal kecil terlebih dahulu, maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting.

Oleh karena itu, tanyalah pada diri anda sendiri: "Apakah "Batu Besar" dalam hidup saya?" Lalu kerjakan itu pertama kali.

NIAT BAIK JANGAN DITUNDA

Posted by xc on at 2:40 AM | Comments

 

1001 cinta

 

Selamat datang ...

blog ini akan berisikan kisah-kisah yang sangat menyentuh

semoga bisa memberikan suatu pelajaran bagi kita

salam hangat ^^

Posted by xc on at 2:16 AM | Comments

 

 

Latest releases


Name: xc
Home:
About Me:
See my complete profile

Using your computer

For Business

Advertise this site with Google AdWords:


For Developers